Menjunjung Nilai atau Materi.
Negara kita wujud di atas landasan Nilai yang dijunjung bersama. Andai dibangun di atas materi semata, maka yakin, Belanda & Jepang lebih punya Materi dunia tuk dia tawarkan dibanding para Pahlawan kita.
Pahlawan kita memperjuangkan Nilai. Nilai kemerdekaan, nilai kebhinekaan. Ini yang menyatukan kita dalam satu negara.
KETIKA MATERI SUDAH LEBIH BERHARGA.
Namun hari ini, masyarakat Jakarta atau Indonesia umumnya, lebih melihat kemajuan Negara ini dengan tola ukur Materi. Parahnya, hingga membuat masyarakat, ketika nilai yang dijunjung Negara dicoreng, mereka tetap saja menyanjung pencoreng ini karena tawaran Materinya.
KEBHINEKAAN KITA.
Seorang jawa tidak bisa mengurusi Masalah adat Bugis. Dia tidak perlu bagi-bagi puluhan juta ke Anak Mudanya untuk jadi "Uang Panai". Karena tradisi itu bagi orang bugis punya makna. Keseriusan. Kesiapan. Dan lain-lain yang tidak dipahami pemberi.
Apa lantas seorang Jawa punya Hak komentar bahwa "pemuda bugis dibohongi" pake adat tradisi. Tidak bisa. Inilah kebhinekaan kita.
Lalu, seorang non-Muslim (kafir) tidak perlu berkurban atau berzakat. Karena belum wajib dan tidak akan pernah mencapai semua nilai ibadah ini sampai dia masuk Islam. Dia hanya wajib menahan diri untuk tidak ikut campur urusan rumah tangga Muslimin. Walau urusan itu sedang diperselisihkan orangtua (ulama) kita di atas. Tapi tetangga ikut komen negatif menyudutkan salah satu orangtua kita, itu lancang namanya, dan tidak menghormati privasi tetangga. Inilah Nilai Kebhinekaan kita yang menyatukan kita dalam satu negara.
UNTUK MEMIMPIN KEBHINEKAAN INI
Jakarta adalah gambaran dari kemajemukan Indonesia. Bila kita ingin negara kita masih jalan, maka urgen pemimpin yang paham kebhinekaan itu. Kecuali bila kita hanya ingin Jakarta menjadi Kota Materalisme tanpa nilai kebhinekaan. Yang tentu perlu ganti Generasi untuk itu. Karena generasi Jakarta harusnya masih memegang teguh Nilai-nilai ke-indonesia-an.
Kecuali kalau memang generasi kita saat ini sudah tidak paham nilai-nilai ini?! Maka Bubarkan saja NKRI.
ISLAM & POLITIK
Politik adalah bagian dari Islam. Di ratusan jilid Kitab itu tercantum ajaran politik Islam. Mendakwahkan cara berpolitik kepada Umat-nya adalah Ibadah & Keyakinan bagi para Dai dan Ulama. Dan ini sah serta dilindungi Undang-undang, bagi setiap pemeluk agama untuk menjalankan Agama-nya masing-masing.
Sama seperti ketika Ulama memfatwakan Haramnya Riba Bank, Haramnya Bir. Menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an. Semua fatwa Ulama itu merugikan Bank, merugikan pengusaha Bir.
Tapi apa ada Bank dan Pengusaha yang LANCANG mengatakan bahwa Ulama membohongi Muslimin Indonesia pake ayat ini itu.
Tidak ada!.. inilah kebhinekaan yang Ulama, Pemilik Bank, Penjual Bir Pahami.
Lantas ketika ada politikus, ketika Karir Politik dia terancam karena Dakwah Ulama (walau ada sedikit beda pendapat yg jadi urusan rumah tangga Islam), Pantaskah dia mengatakan, Para Ulama itu membohongi dan membodohi umatnya pake Al-Maidah ayat 51?!
Kalau memang Rakyat kita sudah tidak acuh lagi dengan hal besar yang menodai dan mencoreng Kebhinekaan kita ini, karena silau materi, maka.. BUBAR SAJA NKRI.?!
Allahu Musta'an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar