Minggu, 24 Mei 2009

Penantian Suci

Hingga saat ini kau adalah bayang-bayang dalam khayalku.
Hingga saat ini kau adalah bisikan manis dalam benakku
Hingga saat ini kau adalah aroma pembangkit juangku

Namun…
Walau kau masih ada dalam khayalku, benakku, menemani juangku
Tapi bayang itu begitu terasa...
Hingga motivasi itu sangat terasa
Tapi bisikan itu begitu syahdu…
Hingga semangatku kian terpompa
Tapi aroma itu begitu menusuk…
Hingga aku tak kuasa menahan bangkit juangku

Ya…penggal syair ini untukmu…
Untuk permaisuriku
Untuk kau yang telah tertulis jauh sebelum aku ada

Ya…Allah, bila nanti ku tak mampu lagi melihat bayang-bayang itu
Tak mampu lagi mendengar bisikan-bisikan itu
Tak mampu lagi merasakan aroma itu
Maka datangkanlah ia padaku dalam nyataku
Agar motivasi dan bisikan itu lebih terasa dan semakin memperteguhku

Dan… ya, Allah…
Ku rasa saat ini, bayang itu semakin pudar
Bisikan itu semakin menjauh…
Maka kumohon… segera… datangkanlah permaisuriku


PELITA PADANG KEGELAPAN



34 tahun Darul Huffadh telah ada dan berdiri. Dalam kurun waktu tersebut cercah cahya pelita pondok inipun terus menyala. Menerang dan meredup silih berganti dialami pondok ini. Dan dalam kurun waktu tersebutpun Allah telah menetapkan berbagai takdir yang telah dipilih oleh para santri-santrinya. Ya…itulah fase terang dan redup yang dialami oleh pondok dan merupakan hasil dari perjuangan dan pengorbanan para santrinya. Pondok ini redup saat meredupnya perjuangan para santri, dan pondok ini kembali benderang saat perjuangan dan pengorbanan para santrinya membara. Satu perjuangan tentunya, li I’lai kalimatillah.
Namun pondok ini adalah salah satu dari asset agama Allah. Agama Islam yang merupakan pancaran dari cahaya ilahiah. Ya islam adalah pancaran dari cahaya Allah dalam dunia ini. Maka pondok inipun adalah secercah dari pancaran agung ini…
Dan Allah telah menegaskan, berjanji dan menjamin dengan firman-Nya yang tersampaikan melalui lisan nabinya…
يريدون أن يطفئوا نور الله و يأب الله إلاّ أن يتمّ نوره
Mereka hendak memadamkan cahaya Allah, namun Allah tidak menghendaki kecuali menyempurnakan cahaya-Nya…
Terang dan redup pondok ini adalah meningkat dan menurunnya. Dua hal ini sangat berbeda cara kerjanya. Untuk meningkatkan pondok ini butuh kerja keras dan cerdas, butuh pengorbanan dan perjuangan yang ikhlas. Namun tidak demikian dengan menurunkan atau menghancurkan. Tidak butuh kerja untuk menghancurkan, karena tidak kerja kita adalah menghancurkan. Tidak butuh pikiran untuk menghancurkan, karena tidak berfikir kita adalah menghancurkan. Tidak butuh perjuangan dan pengorbanan, karena ketidakpeduliaan kita adalah menghancurkan.
Oleh karena itu, saat ini dan seterusnya… para santri dan alumni khususnya, kita dihadapkan pada dua pilihan kerja ini. Yang mana bila kita tidak memilih yang pertama maka kita telah memilih yang kedua. Pilihan pertama yang melelahkan, atau pilihan kedua yang santai tanpa kerja dan fikir.
Namun rasanya… darah dan daging pondok yang melekat selamanya pada diri kita ini takkan pernah memilih yang kedua.

Jumat, 15 Mei 2009

Minggu, 10 Mei 2009

Terjerat Kagum...

Dan akupun tak mampu memberi nama pada rasa ini
Yang kukenal hanya gelisah hatiku
Yang tercipta oleh senyuman yang merekah di wajahmu
Yang tercipta oleh tatapan yang tajam dari matamu

Dan akupun tak tahu…bisikkan dari mana ini
Sang malaikat… atau si syaithan
Yang kutahu hanya bahwa hatiku gelisah
Sangat gelisah

Walau sempat do’aku terhenti saat memandangmu
Mengira kau adalah jawabannya
Namun kusadar… kau belum tentu tulang rusukku
Maka doa itupun kulantunkan kembali

ربّ هب لي من لدنك زوجة صالحة جميلة غنية مطيعة لزوجها
Tuhanku… anugrahkanlah padaku pasangan yang sholihah, cantik (akhlaknya), selalu merasa cukup dengan apa yang diberikan kepadanya dan taat kepada pasangannya
ini kami, 50 anak-anak ungu el-mars

Rabu, 06 Mei 2009

Darul Huffadh, satu mata rantai kejayaan Islam

2002. Sebuah awal dari satu episode hidupku. Ya... walau semua berawal dari keraguan, tapi aku akhirnya sadar bahwa inilah yang Tuhan namai hidayah, hal yang takkan pernah aku lepaskan.
ya... di jalan ini aku ingin terus hidup. Walau harus berlari, berjalan, merangkak, merayap atau bahkan bila tak mampu lagi... aku akan berhenti dan membiarkan nafasku berakhir di sini, di jalan ini, jalan hidayah. Dan semua itu berawal disini, di salah satu mata rantai kejayaan Islam, Darul Huffadh.
Insya Allah, akan ku paparkan semua tentang Darul Huffadh yang menjadi priode awalku di jalan hidayah ini.